Senin, 29 Februari 2016

Kalijodo

Nama Kalijodo yang terletak di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara menjadi bahan pembicaraan menarik saat ini. Pasalnya tempat tersebut tak lama lagi akan digusur oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Tempat ini dinilai tidak memberikan manfaat sama sekali. Di tempat lokalisasi ini, selain terdapat Pekerja Seks Komersil (PSK), juga dijadikan ladang perjudian.
Ternyata lokalisasi Kalijodo punya nilai sejarah dalam perkembangan kota Jakarta. Dulunya, Kalijodo adalah sebuah lokasi sentral ekonomi yang menghidupkan Jakarta. Asal mula Kalijodo itu sendiri sebenarnya merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir.
Melirik ke beberapa abad silam sekitar tahun 1600-an, Jakarta masih terkenal dengan nama Batavia. Pada masa kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), mayoritas penduduk yang ada di sana adalah etnis Tionghoa. 
Masyarakat berlatar belakang etnis Tionghoa ini adalah orang-orang yang melarikan diri dari Manchuria. Wilayah yang dulunya terletak di dekat perbatasan Korea Utara dan Rusia ini sedang mengalami perang. Saat melarikan diri ke Batavia, mereka tidak membawa istri, sehingga mereka pun akhirnya mencari gundik atau pengganti istri di Batavia.
Dalam proses pencarian gundik, mereka kerap kali bertemu di kawasan bantaran sungai. Lalu tempat yang dijadikan dianggap menjadi pertemuan pencarian jodoh dinamakan Kalijodo. Dalam bahasa Jawa artinya “Sungai Bertemunya Jodoh”.
Salam Gowes
ka-usercontent-e483a954d61297154575bdda86dc9633.jpgSejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo yang Selama Ini Selalu Tabu untuk Dibicarakan

Minggu, 28 Februari 2016

Pasar Notoharjo Solo

Pasar Klithikan ini berada di Silir, Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, menempati bekas area prostitusi. Tahun 1998 Walikota Solo Imam Sutopo menutup area ini, tetapi aktivitas prostitusi masih tetap mengeliat, meskipun dengan sembunyi-sembunyi. Sampai akhirnya tahun 2006 Walikota Jokowi mengubahnya menjadi pasar tradisional khusus barang Klithikan. Pasar Klitikan Notoharjo ini, menjadi pasar khusus barang klithikan /bekas di kota Solo. Meskipun tidak semua barang dagangan bekas, karena ada barang-barang baru juga yang di perdagangkan.

Barang bekas dan baru semua tersedia di sini. Sekali lagi, pembeli harus pintar dan teliti sebelum menawar barang-barang. Bisa jadi barang baru tetapi sebenarnya barang bekas yang diperbaiki dan dicat ulang. Ketelitian menjadi hal penting. Jangan tertipu dengan tampilan barang. Cek terlebih dahulu.
Selain membeli barang, kita juga bisa menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai. Pada dasarnya, barang apapun bisa dijual di sini. Kita harus pandai untuk melakukan tawar menawar karena para pedagang lihai dalam membeli barang kita. Prinsip membeli dengan harga semurah-murahnya dan menjual dengan harga setinggi-tingginya juga terjadi di sini.
Uniknya, setiap hari selepas subuh sampai jam 08.00 pagi, sebelum kios pedagang buka, ratusan pedagang bronjongan berjejalan, saling tawar menawar barang dengan pedagang di pasar Klitikan Notoharjo, Semanggi, Solo. Para pedagang bronjongan (membawa bronjong yang terbuat dari bambu, digunakan untuk membawa barang-barang bekas, dan diletakkan di jok motor belakang) selepas subuh biasa mengelar dagangan di halaman depan Pasar Klitikan, tepatnya di antara areal parkir. Mereka biasa memasok barang dagangan untuk pedagang kios. Pedagang bronjongan membeli dagangan barangbarang bekas seperti besi, alat eletronik, sepatu, pompa air, pompa sepeda, dan segala macam barang bekas dari pemulung atau membeli langsung dari pengepul barang bekas atau dari rumah tangga. Setiap paginya para pedagang bronjongan mengelar barang yang digelar di pasar Klitikan Notoharjo. Hal yang biasa terjadi, aksi tawar menawar, sambil melihat-lihat, membalik-balik, menimang-nimang barang bekas yang diperkirakan masih laku terjual.

Uniknya, setiap hari selepas subuh sampai jam 08.00 pagi, sebelum kios pedagang buka, ratusan pedagang bronjongan berjejalan, saling tawar menawar barang dengan pedagang di pasar Klitikan Notoharjo, Semanggi, Solo. Para pedagang bronjongan (membawa bronjong yang terbuat dari bambu, digunakan untuk membawa barang-barang bekas, dan diletakkan di jok motor belakang) selepas subuh biasa mengelar dagangan di halaman depan Pasar Klitikan, tepatnya di antara areal parkir. Mereka biasa memasok barang dagangan untuk pedagang kios. Pedagang bronjongan membeli dagangan barangbarang bekas seperti besi, alat eletronik, sepatu, pompa air, pompa sepeda, dan segala macam barang bekas dari pemulung atau membeli langsung dari pengepul barang bekas atau dari rumah tangga. Setiap paginya para pedagang bronjongan mengelar barang yang digelar di pasar Klitikan Notoharjo. Hal yang biasa terjadi, aksi tawar menawar, sambil melihat-lihat, membalik-balik, menimang-nimang barang bekas yang diperkirakan masih laku terjual.

Percaya atau tidak, Pasar Klithikan Notoharjo ini, salah satu pasar dari 4 pasar ( selain Pasar Klewer, Pasar Triwindu/Windujenar, Pasar Gading) yang menjadi tempat favorit wisatawan manca dan domestic. Berkunjung ke Solo, rugi kalau tidak menyempatkan diri ke pasar ini.*** 
Salam Gowes

Image


1418191895776359240






Jumat, 26 Februari 2016

Tradisi Nyebar Apem “YOQOWIYU”

Menurut sejarah, tradisi sebar apem ini berawal dari kisah Kyai Ageng Gribig sewaktu menunaikan Ibadah Haji di Mekah. Kala itu, ia mendapat 3 buah apem yang sangat hangat. Kemudian, apem tersebut dibawa pulang untuk dibagikan ke anak cucunya. Tiba di Jatinom, Klaten, ternyata apem masih hangat. Kemudian, seperti diceritakan sejarah, Kyai Ageng Gribig bersabda “ APEM YAQOWIYU” yang artinya “Tuhan Mohon Kekuatan”.
Berhubung apem buah tangan tersebut tidak mencukupi untuk anak cucunya, maka, Kyai Ageng meminta kepada Istrinya, Nyai Ageng Gribig, untuk dibuatkan lagi agar merata.
Setelah itu, menurut sejarah, Kyai Ageng Gribig juga meminta kepada masyarakat Jatinom, agar di bulan Sapar, masyarakat merelakan sebagian harta benda mereka untuk berzakat kepada mereka yang datang bertamu.
Dari sejarah inilah, kini, masyarakat Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, selalu membawa apem untuk dibawa ke acara-acara selamatan.
Salam Gowes

Menari tempat acara Nyebar Apem

Benteng Vastenburg Solo

Benteng Vastenburg, berdiri pada tahun 1745 awalnya merupakan benteng milik Belanda yang berfungsi mengawasi tindak tanduk Pangeran Diponegoro yang saat itu didukung oleh Raja Surakarta, Paku Buwono VI. Fungsi lain dari benteng yang terletak di kawasan Gladak ini adalah sebagai kantor pemerintahan sekaligus pertahanan orang Belanda. Dari sini bisa dilihat Benteng Vastenburg, kala itu merupakan bangunan penting di kota Solo.
Bandingkan dengan kondisi Benteng Vastenburg saat ini yang sangat menyedihkan. Banyak rumput ilalang yang menghiasi seluruh permukaan benteng yang dulunya pernah menjadi pusat pemerintahan pada era kolonialisme ini. Tidak terawat, itulah kesan pertama yang muncul ketika melihat bangunan yang harusnya menjadi landmark kota Solo yang sedang membangun citra sebagai kota budaya ini.
Alih-alih menjadi landmark, kondisi bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya ini tergolong sangat memprihatinkan.
Benteng Vastenburg saat ini memang dikuasai pihak swasta. Tercatat ada Delapan instansi berbeda yang memiliki hak atas benteng Vastenburg. Bahkan Robby Sumampow, salah seorang pemilik Benteng yang memiliki sebagian besar bentengpunya keinginan menjadikan Benteng Vastenburg sebagai Hotel Mewah dan Pusat Perbelanjaan. Menurut mereka letak strategis dan luas tanah yang sangat besar menjadi keuntungan tersendiri.
Namun tentu saja hal ini tidak disetujui oleh masyarakat dan Pemerintah kota Solo. Pemerintah kota Solo ingin menjadikan Benteng Vastenburg sebagai cadar budaya dan salah satu obyek wisata di Solo.
Salam Gowes


Rabu, 24 Februari 2016

Nostalgia naik Bus Tingkat kota Solo

Nostalgia Naik Bus Tingkat Kota Solo
Satu lagi keistimewaan dan keunikan kota Solo yang tidak dimiliki kota lainnya. Yaitu keberadaan Bus Tingkat atau yang lebih dikenal oleh penduduk setempat dengan sebutan bus tumpuk atau bis tumpuk.Sayangnya, keunikan itu kini sudah tidak dijumpai lagi di kota bersumbu politik pendek itu. Bersama dengan kota Jakarta, Surabaya, dan Makassar, dulu bus tingkat pernah eksis cukup lama di empat kota tersebut. Hanya Solo lah satu-satunya kota kecil yang memperoleh keistimewaan itu.
Rute Bus tingkat di Solo kala itu menempuh jurusan dari Terminal Kartosuro (Sukoharjo) ke Terminal Palur (Karanganyar) PP (Pergi-Pulang). Hanya saja, ada sedikit perbedaan rute jalan antara pergi-pulangnya. Kalau dari arah Kartosuro, bus tingkat itu melalui Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kampus UMS Pabelan, RS YARSIS, Purwosari, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Jend. Soedirman, Pasar Gedhe, Panggung, Jebres, Kampus UNS, Taman Jurug, dan kemudian berakhir di Terminal Palur. Untuk menempuh jarak sepanjang ± 20 KM itu, bus siput ini butuh waktu antara 1-1,5 jam. Sementara kalau dari arah Palur, bus tingkat itu melalui Taman Jurug, Kampus UNS Kentingan, Jebres, Panggung, Pasar Gedhe, Balai Kota Surakarta, Jalan Jend. Soedirman, Gladak, Matahari Beteng, menyusuri kawasan Pasar Kliwon, RS. Kustati, kemudian Pasar Gading (Alun-Alun Kidul), Gemblegan, Ponpes Jamsaren, Pringgolayan, Lapangan Tipes, SMA 7, Bunderan Baron, SD Ta’mirul Islam, SMP/STM Murni, RS DKT, kemudian Jalan Slamet Riyadi, Purwosari, Jajar, Kleco, Pabelan, dan berakhir di Terminal Kartosuro (lama). Waktu tempuh dari Palur ke Kartosuro relatif lebih lama daripada Kartosuro ke Palur, karena jalur-jalur yang dilalui lebih jauh dan berliku-liku.
Bus tingkat sekarang memang sudah tidak dijumpai di kota Solo. Di kota-kota lain pun juga sudah tidak ada. Solo adalah kota terakhir yang menghapus keberadaan bus tingkat. Habisnya karir bus tingkat Solo sepertinya berawal dari krisis moneter dan kemudian juga karena perkembangan zaman. Ketika itu, semenjak badai krisis moneter mulai kisaran tahun 1997-an, seluruh harga-harga barang melambung tinggi. Hal itu juga memicu meningkatnya biaya perawatan bus tingkat yang menggunakan mesin pabrikan Volvo. Terlebih lagi komponen-kompenen suku cadangnya harus didatangkan langsung dari luar negeri. Mau tidak mau biaya perawatanpun membengkak.
Perkembangan zaman dan mahalnya biaya perawatan sementara pendapatan dari bus tingkat tidak mencukupi biaya perawatannya, memaksa Perum Damri sebagai pengelola bus tingkat ketika itu kemudian mempensiunkan total bus tingkat di kota Solo. Aku lupa pastinya kapan bus tingkat di Solo benar-benar dihilangkan.
salam gowes



Bus Tingkat Solo Yang Telah Jadi Besi Tua (Rongsokan) - Seingatku terparkir di kawasan sumber






Sabtu, 20 Februari 2016

Makam Sunan Bayat Klaten


Wisata Batin ke Makam Sunan Pandanaran Bayat


Sunan Pandanaran Bayat atau dikenal juga dengan beberapa nama yakni Sunan Bayat, Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II), atau Wahyu Widayatadalah tokohyang disebut sebut dalam sejarah lisan sebagai salah satu penyebar agama Islam di tanah Jawameski tidak masuk dalam jajaran Wali Songo, beliau juga terkait dengan sejarah Kota Semarang.

Makamnya terletak di puncak gunung Jabalkat yang sebenarnya hanyalah sebuah bukit, di dalam wilayah Desa Paseban Bayat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Dan layaknya makam seorang wali makam Sunan Pandanaran Bayat tak penah sepi dari para peziarah yang datang dari berbagai pelosok Nusantara.

Mitos pertama : Jumlah anak tangga di komplek makam Sunan Pandanaran Bayat tak pernah sama jumlah hitungannya. Untuk mencapai makam Sunan Pandaran Bayat ini memang harus mendaki jejeran anak tangga yang lumayan tinggi dan menguras stamina. Konon jika anda menghitung anak tangga ini saat anda mendaki hingga ke puncak, jumlahnya tak kan pernah sama dengan hasil hitungan saat menuruninya. Aneh ya ?. bisa jadi karena saking banyaknya anak tangga sampai sampai membuat anda bingung sendiri.

Mitos kedua : Di makam Sunan Pandanaran Bayat terdapat sebuah lubang, para peziarah yang datang kesini rela antri untuk merogohkan tangannya ke dalam lubang tersebut. Kenapa begitu ya ?. Karena konon bilamana anda punya permintaan atau hajat tertentu dan pada saat merogohkan tangan ke dalam lubang ini tangan anda menyentuh sesuatu, maka permintaan atau hajat anda akan dikabulkan Tuhan.

Salam Gowes

Selasa, 09 Februari 2016

Candi Plaosan

Candi Plaosan adalah salah satu bangunan yang sangat romantis karena dibangun untuk membuktikan seberapa besar cintanya. Cinta sendiri  yang melampaui batas tidak menjadi suatu masalah apalagi karna sebuah perbedaan, perbedaan kepercayaanpun bukannlah sebuah persoalan karna semua dapat di selesaikan dengan baik. Candi Plaosan terletak 2,6 km dari Candi Prambanan. Perjalanan ke candi plaosan juga bisa ditempuh dengan waktu sekitar 5 sampai 10 menit menggunakan sepeda motor. Jika kita dating dari arah prambanan kita bias melihat sebuah pemandangan yag idah, karna posisi candi ada di pertengahan sawah milik warga, apalagi ketika kita sedang berkunjung kesana di suguhkan dengan aktivitas warga yang sedang ada di sawah tersebut menambah kesan yang tersendiri di sini. Selain itu pahatan relief terdapat dua candi utama, kita bisa melihat bagaimana besar cinta dengan di bentukan sebagai buktinya. Relief yang terdapat pada dinding candi utama sebelah sisi lain yang menggambarkan sesosok aki-laki, dulu yang katanya menjadi sebuah bentuk kekaguman Pramodyawardani. Sedangkan relief pada candi yang di sisi lain, menggambarkan seorang perempuan, yang di perkirakan untuk mengungkapkan kekaguman Rakai Pikatan kepada Pramodyawardani.
Salam Gowes


Candi Plaosan klaten - panoramio.com