Senin, 23 November 2015

Bong supit Bogem


Bogem

Rabu kemarin, saya diajak paman dan keluarganya untuk mengantarkan adik sepupu saya yang akan disupit (atau sunat, khitan). Mereka jauh-jauh datang untuk mengunjungi juru supit yang legendaris di Jogja, yaitu juru supit Bogem (dibaca: mBogem red.). Penasaran, saya memutuskan untuk ikut dan melihat tempat juru supit yang berdiri sejak tahun 1930-an itu. Siapa tau nanti kalau saya punya anak lelaki, bisa saya bawa ke tempat supit yang didirikan oleh Raden Ngabehi Notopandoyo tersebut.Juru supit Bogem terletak di Jalan Raya Solo KM 16. Kalau dari arah Jogja, lokasi juru supit Bogem berada di kiri jalan sebelum Candi Prambanan. Juru supit ini dalam sehari buka dalam dua shift, pagi pukul 07.00 – 09-00 dan sore pukul 15.00 – 17.00.
Saya beserta rombongan berangkat dari penginapan pukul 14.00. Mendekati lokasi juru supit, terlihat beberapa polisi yang menjaga keramaian. Setelah sampai di tempat parkir, kami pun segera menuju ke tempat pendaftaran.
Silahkan mendaftar di sini...
Proses supit di Bogem terdiri atas beberapa tahapan. Tahap pertama adalah pendaftaran. Orang tua si anak mengisikan data mengenai anak di petugas pendaftaran. Setelah itu, si anak disuruh untuk berganti menggunakan sarung di sebuah ruangan tertutup. Di ruangan tersebut juga dilakukan pengecekan apakah terdapat permasalahan atau tidak dengan kondisi yang akan disupit. Setelah selesai, si anak diberi nomor antrian yang dipasang di bajunya dan disuruh duduk di tempat duduk panjang bersama-sama teman-temannya yang akan disupit. Pada saat itu terlihat wajah-wajah tegang para anak layaknya akan dieksekusi. Ada beberapa anak yang memegang dadanya yang berdegup kencang, ada pula yang diam saja dan mencoba berani. Namun, tak jarang pula ada beberapa yang pucat dan mulai menangis ketakutan.
Dag dig dug...
Sesekali, pintu ruang eksekusi terbuka dan petugas berpakaian putih memanggil dengan suara lantang, “Nomor 10 sampai 19 masuk!”. Anak-anak pun bergeser mendekati pintu masuk ruang eksekusi. Anak-anak itu digiring masuk tanpa ditemani oleh orang tua mereka. Orang tua memang dilarang untuk mendampingi pada saat anak dieksekusi. Ini mungkin berguna juga untuk meningkatkan mental anak. Para pengantar hanya bisa menunggu di luar.
Anak-anak pemberani
Di luar, telah ada sebuah panggung lengkap dengan penyanyinya. Rupanya Bogem menyediakan panggung hiburan bagi para pengantar supit. Maklum, untuk menyupit satu anak, bisa jadi membawa keluarga satu kampung. Di situ juga terdapat foto anak-anak yang telah dieksekusi. Keluarga yang ingin mendapatkannya bisa membelinya sebagai kenang-kenangan. Foto-foto tersebut diambil saat anak-anak duduk menunggu masuk ke ruang eksekusi. Ekspresi anak-anak tersebut sungguh menarik.
Suasana ruang tunggu
Setelah beberapa saat, orang tua akan dipanggil untuk masuk ke Pintu A. Di pintu ini, orang tua diberi penjelasan bagaimana perawatan luka si anak hingga benar-benar sembuh. Setelah penjelasan dan diberikan paket obat, orang tua dan si anak akan keluar dari Pintu B, dan proses supit pun selesai. Sanak saudara yang telah menunggu di Pintu B pun menyambut si anak dengan ucapan-ucapan selamat. Pemandangan yang indah sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar