Jumat, 25 Maret 2016

Keraton Pajang

Jam menunjukkan sepuluh menit menuju jam sepuluh  pagi bersama GGC tour dari Umbul Manten Klaten  saat kami tiba di lokasi Petilasan Keraton Pajang Sukoharjo yang berada di daerah Kartasura. Sebelumnya, di Tugu Lilin Pajang kami belok kiri ke Jl Joko Tingkir, dan lalu ke kanan masuk ke Gang Benowo II, sekitar 75m setelah Hotel Pajang Indah, atau 600m setelah Tugu Lilin Pajang.
Masuk sejauh 200m di gang itu kami tiba ke pekarangan, dengan gapura beton beratap genteng berpintu kayu ada di sebelah kiri. Spanduk bertulis “Yayasan Kasultanan Karaton Pajang” menggantung di bawah atap Gapura Suro Jiwan ini. Ada logo gunungan bermahkota raja, diapit sepasang naga dan di tengahnya ada sebilah keris dalam posisi berdiri tegak.
Di sisi sebalah kanan ada sepasang arca Dwarapala besar yang diletakkan di depan gapura candi bentar, membelakangi pekarangan kosong luas. Di sebelah kanan candi bentar ada jalan sejajar pekarangan yang di ujungnya berjaga sepasang arca Dwarapala lagi dan gapura candi bentar kedua. Saya masuk melewati gapura yang terakhir ini.
Beberapa langkah ke depan ada pendopo yang pada blandarnya digantung lukisan wajah Ki Ageng Giring, lukisan Mas Karebet bertarung dengan banteng, serta wajah Sunan Kalijaga. Pada sisi lainnya ada lukisan wajah Ki Ageng Pemanahan, Joko Tingkir naik rakit bersama tiga abdinya (Willa, Wuragil, Manca) dikawal buaya, serta lukisan Panembahan Senopati.
petilasan keraton pajang
Gapura candi bentar kedua serta sepasang arca Dwarapala yang saya lewati untuk masuk ke area Petilasan Keraton Pajang Sukoharjo. Sebuah patung rajawali bertengger di atas tiang, dan salah satu cakarnya menggenggam sebilah keris telanjang. Di belakang gapura terdapat pohon beringin rimbun dengan sulur lebat serta patung seekor harimau putih.
Lalu ada poster berisi silsilah Sultan Hadiwijaya. Silsilah dimulai dari Brawijaya V, berputri Ratu Pembayun yang menikah dengan Sri Makurung Prabu Handayaningrat (Jaka Sengara / Ki Ageng Pengging Sepuh) dan berputra Kebo Kanigara, Kebo Kenanga dan Kebo Amiluhur. Silsilah ini sama seperti yang saya lihat di Makam Ki Ageng Pengging Sepuh.
Kebo Kenanga menurunkan Mas Karebet, Sultan Pajang bergelar Hadiwijaya. Silsilah itu berakhir pada Amangkurat Jawa yang berputra tiga raja, yaitu PB II, HB I, dan Mangkunegara. Salah satu putera Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benawa menurunkan pujangga terkenal, yaitu Yosodipuro I, Yosodipuro II, Yosodipuro Sastronagoro dan Ronggowarsito.
Salam Gowes

Minggu, 20 Maret 2016

Suker Fabriek Kedungbanteng

SUIKER FABRIEK (PABRIK GULA) KEDUNGBANTENG SRAGEN

Pabrik Gula Kedung Banteng adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Sragen selain Pabrik Gula Modjo. Pabrik ini terletak di Kecamatan Gondang Sragen. Tidak banyak catatan sejarah mengenai pabrik gula ini.
Menurut sebuah referensi yang bersumber dari warga sekitar, pabrik gula tersebut dibangun dikisaran tahun 1880-an. Operasional pabrik gula ini tidaklah lama. Hal ini dikarenakan lokasi bangunan pabrik yang tidak sesuai dengan rencana awal pembangunannya.

Pada mulanya pabrik tersebut direncanakan dibangun disebelah selatan jalur kereta api milik Staat Spoorwegen (SS) karena melimpahnya jumlah air disana. Namun pada kenyataannya pemborong pabrik justru membangun pabrik disebelah utara jalur kereta milik SS.

Tak banyak yang tersisa dari Pabrik Gula Kedungbanteng. Bangunan utama pabrik sendiri telah dirubuhkan oleh warga sekitar atas inisiatif masyarakat. Kini yang tersisa hanyalah bekas rumah pegawai pabrik dan rumah administrateur PG Kedungbanteng.
Disisi timur pabrik berdiri sebuah stasiun kecil (halte) bernama Stasiun Kedungbanteng. Pada masanya stasiun tersebut digunakan untuk mendistribusikan tetes tebu yang dihasilkan oleh PG Kedungbanteng.

Salam Gowes

catan :tulisan ini saya buat memnuhi perminaatan rekan Wiedayanto Kartibi ,yg domisli di Sragen.

Kamis, 17 Maret 2016

Kedung Lumbu

Kedung Lumbu adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar KliwonSurakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos57113. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang cukup ramai di Surakarta. Nama kelurahan ini diberikan oleh para penggawa keraton Surakarta yang kehilangan akal karena penduduk tempat ini menolak dipindahkan ke daerah lain saat pembangunan Keraton Surakarta pada abad ke-18. Mereka mengumpamakan para penduduk itu seperti air di atas daun lumbu (talas), karena mereka mengubah-ubah janji saat diminta pindah.
Salah satu bagian kelurahan ini dinamakan Lojiwetan. Dinamakan demikian karena dari asal kata bahasa Jawa Lojiyang berarti lumbung dan Wetan yang berarti Barat. Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, daerah ini pada khususnya menjadi lumbung padi atau makanan yang lain bagi daerah di sekitarnya. Oleh karena sifatnya yaitu menyimpan makanan, maka arsitektur rumah-rumah di daerah ini (yang masih asli) pun memiliki karakteristik antara lain tembok yang tebal (sekitar 2 bata) dan langit-langit yang tinggi.
Tidak diketahui bagaimana proses transisi dari loji menjadi rumah penduduk, namun yang ada sekarang tidak meninggalkan kesan sama sekali bahwa pada zaman dahulu tempat tersebut adalah lumbung-lumbung padi selain daripada namanya. Beberapa tahun terakhir rumah-rumah yang masih memiliki bagian-bagian bangunan yang asli maupun rumah yang sengaja dirancang - diubah menjadi rumah burung walet yang sarangnya memiliki harga yang tinggi di pasar. Itulah sebabnya angka kejahatan di daerah Lojiwetan belakangan ini naik, terutama pada saat musim panen sarang burung walet, dimana pencuri sarang burung beraksi melalui atap-atap rumah di sekitarnya, dan hal yang lumrah terlihat di daerah ini adalah rumah-rumah yang bertembok tinggi dan dilengkapi dengan pagar berduri.
Terlepas dari masalah keamanan musiman, kawasan yang terdiri atas 4 jalan kecil: gangsatu - Jalan Perunggu, gang dua - Jalan Tembaga (Jalan Sungai Kapuas), gang tiga - Jalan Baja (Jalan Sungai Barito), dan gang empat - Jalan Timah yang masing-masing hanya selebar 3 buah mobil ini memiliki suasana yang nyaman untuk ditinggali. Jauh dari jalan raya membuatnya bebas polusi, namung hanya tinggal keluar dari gang orang sudah dapat menemui jalan raya. Selain itu kebutuhan sehari-hari pun dapat dipenuhi dalam jarak yang relatif dekat.
salam gowes 


Image result for kedung lumbu



Rabu, 16 Maret 2016

Taman Sriwedari

Taman Sriwedari merupakan sebuah kompleks taman di Kecamatan Lawiyan, Kota Surakarta. Sejak era Pakubuwana X, Taman Sriwedari menjadi tempat diselenggarakannya tradisi hiburan Malam Selikuran.
Kampung Sriwedari terletak di tepi Jalan Slamet Riyadi atau di sebelah Timur Kampung Penumping. Nama Sriwedari diambil dari cerita pewayangan, yang saat itu digunakan sebagai tempat hiburan bagi para istri Prabu Harjuna Sasrabahu.
Sriwedari yang ada sekarang dibangun atas perintah Sunan Pakibuwono X untuk tempat hiburan rakyat, abdi dalem, dan sentana dalem.
Dalam rentang tahun 1905 hingga 1917 terdapat berbagai pemugaran dan ubah fungsi, terdapat kebun binatang, bioskop, pentas wayang orang dan wayang kulit. Kini Sriwedari lebih dikenal oleh masyarakat sebagai taman, Taman Segaran Sriwedari.
Menurut sejarah sebelum dibangun Taman Sriwedari, daerah di sekitar tempat itu dikenal sebagai Desa Talawangi, yang sekarang lebih dikenal sebagai Kadipolo, di mana batas utara adalah Jalan Besar Purwosari (sekarang Jalan Slamet Riyadi), sebelah barat berbatasan dengan Jalan Mangunjayan (sekarang Jalan Bayangkara), batas sebelah timur adalah Jalan Pasar Kembang (sekarang Jalan Honggowongso), dan sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Besar Baron (sekarang Jalan Dr. Rajiman).
Jalan Dr. Rajiman merupakan jalan tertua yang ada di Kota Solo sebelum dibangun Jalan Slamet Riyadi. Jalan tersebut dibuat ketika akan dilakukan pindahan Kraton Kartasura ke kraton yang baru di Desa Sala (Solo).
salam Gowes

Sabtu, 12 Maret 2016

Buah Tin

Nama buah Tin mungkin bagi banyak orang yang sudah tidak asing didengar, bagi umat muslim tentunya mengetahuinya karena di dalam Al-Quran terdapat surat dan ayat yang menjelaskan tentang buah Tin. Namun tidak sedikit orang yang memang jarang melihat buah aslinya. Ya, memang di Indonesia masih hanya ada sedikit orang yang mencoba untuk mengembangbiakannya. Hal ini dikarenakan banyak yang berfikir sulit untuk mengembangbiakkannya atau sulit untuk mendapatkan bibit dari negara asalnya. Padahal buah Tin ini memiliki banyak manfaat yang berguna untuk kesehatan tubuh kita seperti menjaga dari tekanan darah tinggi dan bahkan serangan jantung coroner karena di dalam buah Tin terkandung kalium omega tiga dan enam.
Buah Tin
Selain itu buah Tin juga mampu untuk mengurangi dari resiko penyakit kanker prostat karena dalam buah Tin mengandung coumarin. Bagi mereka yang menderita atau ingin mencegah penyakit osteoporosis dan membantu untuk meningkatkan kepadatan pada tulang, dengan mengkonsumsi buah Tin juga sangat bermanfaat karena mengandung kalsium yang sangat tinggi dan bisa menggantikan asupan kalsium dari susu bagi mereka yang memang alergi terhadap susu.
Salam Gowes       

Buah Tin                                                 Image result for pohon tin dalam pot

Kamis, 10 Maret 2016

Manfaat Bersepeda

Rutinitas bersepeda dapat dijadikan sebagai salah satu program untuk mengurangi berat badan dan mencapai berat badan ideal. Hanya dengan 30 menit bersepeda 5-6 kali dalam seminggu dari rumah ke kantor/sekolah kita, maka kita telah berhasil mengurangi berat badan kita 11 pounds dalam satu tahun.
Cara penurunan berat badan dan menghilangkan lemak adalah membakar kalori yang cukup untuk membuat perubahan yang signifikan pada tubuh anda.
Dengan bersepeda tiap hari akan melatih nafas kita untuk bernafas lebih panjang dibandingkan dengan orang yang tidak bersepeda. Bersepeda lebih efektif dibandingkan dengan senam aerobik dan lebih mengasyikan.
Bersepeda merupakan salah satu bentuk olahraga yang paling efektif dan murah untuk mencapai kesehatan yang mahal harganya. Sebagai contoh, bersepeda dapat mengurangi resiko serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes, untuk itulah kenapa bersepeda merupakan salah satu sarana untuk hidup sehat.
Namun, beberap orang yang enggan untuk rutin mengayuh sepeda di jalanan. Ada yang beralasan takut panas, takut jika tertabrak kendaraan bermotor, hingga kondisi di jalan yang penuh polusi dan tidak kondusif untuk bersepeda. Apapun alasan anda, anda sebenarnya masih memiliki kesempatan untuk bersepeda secara rutin. 
Banyak wanita yang juga enggan bersepeda karena takut betisnya jadi berotot seperti betis pria dan merasa pegal linu pada bagian bokongnya. Sebenarnya hal ini tak perlu Anda khawatirkan.
Salam Gowes

Watu Lumbung

Tempat wisata yang menawarkan keindahan pemandangan sudah tak bisa dihitung jumlahnya di Indonesia. Tapi tempat wisata yang juga bisa memberi nilai edukasi nampaknya masih bisa dihitung dengan jari.
Jika kamu mendambakan hal itu, cobalah kunjungi Kampung Edukasi Watu Lumbung yang terletak di Bukit Parangtritis, Kretek, Bantul, DI Yogyakarta.

Watu Lumbung memang dikonsep sebagai tempat yang mengajarkan nilai-nilai edukasi.  menyulap lahan tandus yang puluhan tahun tak dilirik orang ini menjadi tempat eksotis untuk menikmati malam maupun melihat sunset dan sunrise. Wow!

Nah, berikut nilai edukasi yang bisa kamu dapatkan saat kamu mengunjungi Kampung Wisata Watu Lumbung:
Jangan bayangkan Watu Lumbung ini dibangun dengan kemegahan seperti tempat-tempat wisata lainnya. Justru Watu Lumbung ingin lebih mengenalkan alam kepada banyak orang. Hampir semua bangunan di tempat ini memanfaatkan bambu dan kayu sebagai bahan utama. Perabot yang ada di sana juga kebanyakan menggunakan bambu ataupun kayu. Sebagai contohnya, tempat ini memanfaatkan kurungan ayam menjadi meja. Unik, kan?
Datang ke tempat ini, kamu akan diminta untuk menanam pohon di polybag yang telah disediakan. Jika kamu mau melakukan itu, maka jerih payahmu itu akan dihargai Rp 2.500. Uang itu bisa kamu jadikan diskon jika kamu memesan menu di tempat itu. Kawasan ini juga telah dijadikan tempat konservasi burung. Maka suara burung akan kamu temukan di sini. Damai banget deh suasananya!
Salam Gowes




Sabtu, 05 Maret 2016

Warung Tronton Kaliori

Pada tahun 1969 warung makan "TRONTON" berdiri di sebuah desa Tambak Agung, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Namun belum memiliki tempat sendiri. Melainkan numpang pada pos keamanan desa. Warung tronton ini berpindah tempat hingga beberapakali karena adanya pelebaran jalan.
      Kini warung tronton telah
memiliki tempat sendiri yang letaknya sangat strategis. Berada di pinggir jalan pantura Km 12 Kaliori-Rembang. Utara Masjid Agung Kaliori, dan pos polisi. Timur tikungan jembatan dekat pasar Kaliori.
        Warung makan yang bertahun-tahun terkenal deengan nama "WARUNG MAKAN  TRONTON" kini telah berubah nama menjadi "WARUNG MAKAN MINA". Warung makan ini telah diwariskan dalam tiga generasi dengan mempertahankan kualitas masakan. Warung makan mina terkenal dengan masakan lautnya. Jadi apa yang ada di warung, tergantung pada kondisi laut yang tidak stabil. 
       Jangan lupa mampir ya!!
       Salam GoweBumi Perkemahan Karangsari Park Rembangs

Jumat, 04 Maret 2016

Bumi Sukowati

Kabupaten Sragen punya sebutan lain Bumi Sukowati? mengapa disebut begitu? karena sejarahnya dahulu Sragen merupakan daerah yang digunakan oleh Pangeran Mangkubumi yang juga bergelar Pangeran Sukowati sebagai basis pergerakannya melawan Kompeni yang dibantu oleh Sunan Paku Buwono II.

Siapakah Pangeran Mangkubumi, beliau adalah Sultan Hamengku Buwono I pendiri Kesultanan Yogyakarta. Sragen dahulu merupakan bagian dari Kesultanan Yogyakarta sebelum akhirnya ditukar guling dengan Kabupaten Gunung Kidul.

Nah, yang lucu sekarang di Sragen muncul baliho-baliho besar yang bergambar Bupati Sragen dengan tulisan Sukhavati/Sukowati =Negeri Kebahagiaan Abadi. Apa ga salah tuh??

kenapa saya nanya ga salah? Sukhavati itu istilah Buddha Mahayana yang artinya memang Tanah Kebahagiaan Abadi, tetapi jika dibaca lebih lanjut, Sukhavati dalam literatur Buddha dicapai setelah seseorang meninggal dunia.. :D alias nirvana...

Nah, dari sejarahnya juga Sukowati berbeda jauh dengan Sukhavati, kenapa juga Pemkab Sragen memaksakan membelokkan Sukowati menjadi Sukhavati kecuali memang sebelum Pangeran Mangkubumi menggunakan gelar Pangeran Sukowati, daerah ini dahulunya memang disebut dengan Sukhavati.

Padahal sesuai dengan sejarah yang ditulis di web resmi Pemkab Sragen, nama Bumi Sukowati diambil dari nama Pangeran Sukowati...

Salam Gowes